Sunday, November 14, 2010

Surat Senja

Buat semua.

Maaf. Aku tak bisa menyapamu senja ini. Tidak bisa memberimu warna jingga keemasan di ujung langit. Tidak menemanimu menghabiskan hari sebelum matahari ditelan ufuk barat. Memandangmu berlari membuat jejak di atas pasir. Menikmati senyummu kalau menghindari deburan ombak. Sungguh, aku tak bisa datang senja ini.

Hari ini aku sedang terluka. Kabut pekat memerahkan mata. Orang-orang senang bermain api. Membakar tanpa bisa memadamkannya. Mataku berair. Perih. Obat tetes mata pun tak sanggup menetralkannya. Hujan juga tak mampu menghapus luka ini. Sungguh, aku terluka.

Aku sangat merindukanmu. Rindu bermain pasir sambil menikmati gulungan ombak. Menghempas bangunan-bangunan dari pasir yang kita buat. Berlari menyusur pantai sambil memungut kerang-kerang. Rindu melihat senyumnya, tawa sumringah yang kau pancarkan setiap waktu. Sungguh, aku merindukanmu.

Lihatlah di ujung pasir itu, anak-anak nelayan menjaring ikan. Kulit gelap mereka memancarkan keindahan. Perahu yang membawanya oleng namun tidak karam. Ikan-ikan melompat dari jaring. Mengelak kala tangan-tangan mungil itu menyentuhnya. Tawa mereka riuh. Canda mereka menyejukan. Senyum mereka sumringah. Ujung rambutnya melambai-lambai diterpa semilir angin.

Anak-anak kota datang hendak bertemu. Mereka datang berpuluh bahkan beratus hanya ingin menikmati keindahan semburat senja di ujung langit. Mereka berlarian bersama laju ombak membelah pantai. Deburannya seolah redup ditelan riuh anak-anak kota itu. Sungguh, Aku tak bisa menemani riuh anak-anak itu.

Kemarin aku bertemu senja. Ia memancarkan semburat jingga keemasannya. Gadis-gadis pantai menari mengikuti irama reagge ala Bob Marley. Liukan pinggul dan senyum mereka menambah keemasan semburat senja. Kulit mereka yang kemerahan padu dengan warna busana pantainya. Gadis-gadis itu bernyanyi dengan suara yang tak berirama. Cekikikan kadang menyela di antara dentingan gitar dan lagu-lagu yang didendangkan.

Anak-anak pantai membawa papan selancar. Menyambut ombak menantang gelombang. Terhempas dan terjerembab. Terdorong gelombang menuju pantai. Tawa mereka pecah. Kegembiraan menyapa. Puas setelah menaklukan ombak. Mereka bermain dengan keceriaan.

Sekali lagi, maafkan aku tak bisa menyapamu senja ini. (*)


0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code