Friday, May 14, 2010

Setahun tak Jumpa Emak

Sudah setahun lebih, aku tak jumpa emak. Apa ya kabarnya emak? Mudah-mudahan emak sehat. Walau aku tahu secara fisik, emak sudah sangat tua. Usianya hampir delapan puluh tahun. Aku tahu itu dari guratan-guratan wajah emak.

Memang tidak ada surat yang bilang emak sudah berumur delapan puluh tahun. Tapi pengalaman hidup yang emak ceritakan cukup bagiku untuk menerka. Emak lahir saat kompeni, Belanda dan Jepang masih menjajah. Emak merasakan pahitnya hidup di zaman itu.

Apa ya kabarnya emak? Orang-orang kampungku yang kujumpai di Pontianak bilang, “emakmu masih sehat. Hanya kemarin, ia mengeluh kaki sakit. Tapi masih bisa jalan.” Syukurlah, emak sehat. Tuhan masih sayang emak. Ia masih diberi kesempatan untuk mendengar celoteh cucu dari anak bungsunya. Emak sudah tidak bisa melihat. Kataraknya sudah parah. Tongkat jadi pengganti matanya kala berjalan.

Aku yakin, emak juga rindu anak bungsunya ini. Apalagi aku, satu-satunya, anak emak yang disekolahkannya cukup tinggi. Aku juga anak emak yang jarang bertemu. Sejak SMP sudah merantau. Tak heran, jika kalau pulang ke rumah, aku dan emak saling berbagi rindu.

Bagaimana ya kabarnya emak? Kemarin, keponakanku yang kuliah di Widya Dharma bilang, “Nenek tetap sehat. Hanya sesekali ia mengeluh sakit. Mungkin karena usianya sudah tua.”

Walau tak muda lagi, emak masih punya semangat. Semangat untuk tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Meski buta, emak tetap ingin melaksanakan aktivitasnya. Ia keras hati untuk melakukan sendiri. Semangat inilah yang emak tanamkan pada anak-anaknya. Emak sungguh perkasa.

Sekarang emak tinggal di kampung. Kampung yang membawanya menikmati sebuah kemerdekaan. Walau belum sepenuhnya merdeka. Paling tidak, emak tak lagi kerja rodi dan romusha. Katarak merenggut satu kemerdekaan emak. Kemerdekaan melihat indahnya dunia. Kemerdekaan menikmati teriknya sinar matahari.

Setahun ini, aku tak jumpa emak. Ada kerinduan menggejala. Ingin ketemu emak, tapi aku tak punya banyak waktu untuk pulang kampung. Maafkan aku, emak. Aku rindu bertemu. (*)


0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code