Monday, December 21, 2009

Vanessa di Ruang Maria

Cairan dari botol putih mengalir lewat pipa kecil menuju pembuluh darah. Tetesannya seirama dengan detak jarum panjang jam dinding. Vanessa menjerit saat jarum menusuk venanya. Air mata mengalir. Histeria memuncak. Sejenak saja. Vanessa terdiam. Matanya meringis menahan sakit.

Vanessa ada di ruang Lidwina. Belum masuk ruangan. Ia masih di selasar rumah sakit Antonius. Perawat bilang, ''kamarnya penuh.'' Mudah-mudahan hari ini ada yang pulang. Tapi ada kabar baik, Vanessa akan pindah ke ruang Maria 2 di lantai empat.

Vanessa sudah empat hari demam tinggi. Perutnya mual. Kadang muntah. Lain waktu mengeluh perutnya sakit. Vanessa hanya dirawat di rumah. Hari ketiga, ia dibawa ke dokter anak, Dedet Hidayati. Ia juga periksa darah di Bio Medis. Hasilnya masih normal. Trombosit normal. Hemoglobin yang rendah.

Usai dari dokter, panasnya belum juga reda. Vanessa kemudian dibawa ke rumah sakit Antonius. Masuk unit gawat darurat langsung ditangani. Ia menjerit kala selang infus dipasang. Ia menjerit lagi saat jarum suntik menusuk tangannya. Darah tersedot ke dalam tabung. ''Ini untuk diperiksa,'' kata perawat.

Sore pukul lima, Vanessa masuk ruang Maria 2. Ruang kelas satu itu hanya menampung dua pasien. Ada televisi, air conditioning, kamar kecil. Lumayan adem. Di dinding kamar ada lukisan bunga yang tersusun dalam pot keranjang berukuran 5R. Tempat tidur Vanessa dekat jendela menghadap kaca yang bisa melihat langsung ke luar gedung.

Vanessa tidur usai menonton overa van java. Acara komedi di Trans 7 yang tayang hampir setiap malam. Vanessa suka acara itu. Kadang ia tertawa, sesekali tersenyum. Polah Azis gagap bikin dia tersenyum. Tingkah Sule buat Vanessa tertawa.

Kamar 333 bed 2 tempat Vanessa dirawat. Sudah dua hari ia dirawat. Dokter yang menangani, Charles Hutasoit belum mengizinkan pulang. Ia harus menjalani tes lagi untuk melihat apakah ada virus dengue di tubuhnya.

Hasil uji darah menyatakan Vanessa positif mengandung virus demam berdarah. Tapi trombositnya sudah naik, 187 ribu dibandingkan hari pertama hanya tercatat 132 ribu.

Ini malam keduanya di kamar Maria. Hingga pukul dua belas malam, bahkan dua pagi, Vanessa tak tenang tidur. Ia rewel. Merengek. Kakinya gatal. Minta digaruk. Mungkin kena miang. Kan dia putrinya Miank.

Aku juga tak bisa tidur nyenyak. Sekali terpejam, kali itu juga ia minta digaruk kakinya. Sepuluh garukan, Vanessa tidur lagi. Mataku pejam lagi, dia merengek lagi. ''Sakit peyut,'' rengeknya. Peyut adalah perut baginya. Ia belum fasih menyebut huruf R. Mungkin terinspirasi oleh novel tanpa huruf R.

Vanessa baru nyenyak sekitar pukul empat pagi. Aku juga ikutan pulas. Tanpa mimpi. Hanya sedikit igauan karena tetangga sudah mulai terjaga. Ibu Vanessa sudah lelap sejak pukul sebelas malam tadi.

Aku, Vanessa dan ibunya terjaga. Pintu kamar 333 menjerit karena waktunya zuster menyuntikan obat lewat selang infus. Vanessa menjerit menolak. Menangis. ''Ndak auu. Ndak auu,'' teriaknya menolak.

Ruang Maria 2 khusus merawat Vanessa ditutup. Karena ruangan itu dipakai jika pasien membeludak. Vanessa harus pindah ke ruang Yohanes.

Dokter belum izinkan pulang. Jika bersikeras, dokter tidak bertanggungjawab jika ada masalah setelah pulang. Aku dan ibunya putuskan belum pulang. ''Mudah-mudahan besok sudah bisa pulang.''

Sabtu sore, Vanessa pindah ruangan. Menunggu dipindahkan, ia dan ibunya tidur. Istirahat. Tadi malam kurang tidur. Aku pun begitu. Tapi aku memilih tidak tidur.

Pukul tiga sore, Vanessa pindah ke Yohanes kamar 245 bed 1. Ada satu teman di ruangan itu. Selang infus sudah dibuka karena pergelangannya bengkak. Mau dipasang lagi, tapi Vanessa menolak. Harus dipaksa.

Harus tujuh orang memegang Vanessa agar bisa memasang infus. Ia berteriak.
"Cape... Cape," teriaknya.

Senin pagi, Dokter Charles Hutasoit yang merawat Vanessa mengizinkannya pulang. Terima kasih kepada semua orang yang telah membantu Vanessa.

Maaf kepada dokter, perawat yang telah gelisah karena ulah Vanessa. Doa dan simpati kolega menjadi obat yang mujarab bagi kesembuhannya.

"Hole...pulang." Vanessa kegirangan.

Welcome home, Vanessa. We love you full. (*)

1 komentar:

yanna said...

vanessa tu anak abg k bg ?????

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code