Friday, November 20, 2009

Notongk di Taman Mini

Kabar baik bagi orang Angan. Karya fotografi tentang ritual adat notongk dipamerkan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Walau hanya dipamerkan, setidaknya Dayak Angan yang tidak tercantum dalam kamus bahasa Indonesia dilihat orang-orang yang mencintai seni dan budaya.

Sebagai salah satu orang yang lahir dan besar dengan identitas Dayak Angan, saya bangga. Setidaknya karya fotografi tiga jurnalis: Budi Miank (Pontianak Post), Muhammad Syaifullah (Kompas), dan Jo Seng Bie (Antara), telah membawa ritual notongk kepada ruang publik yang lebih besar.

Saya pantas berterima kasih kepada Syaifullah dan Jo Seng Bie. Keduanya telah rela menempuh perjalanan yang berat untuk mengabadikan, baik tulisan maupun karya fotografi, ritual notongk itu. Mereka sudah melakukan tugas jurnalistik yang sempurna.

Saya juga harus berterima kasih kepada Museum Negeri Kalimantan Barat yang sudi menjadikan karya fotografi itu bagian dari koleksinya. Saya tak menyangka museum mau menerima karya fotografi yang sangat sederhana itu. Niat saya, Syaifullah, dan Jo Seng Bie hanya sederhana.

''Kami ingin karya fotografi ini bisa jadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi mereka yang mencintai kebudayaan.'' Itu saya ungkapkan ketika menyerahkan karya fotografi itu kepada Rihat Natsir Silalahi yang waktu itu menjaba Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisita Kalbar. Ada juga Anthoni Runtu, kepala UPT Museum Negeri Kalbar. Datang juga banyak kolega sesama pencinta seni fotografi. Sebuah gawai yang supersederhana.

Setelah tiga tahun dari penyerahan itu, saya mendapat kabar dari Daud Dogel. Ia menjabat Kepala UPT Museum Negeri Kalbar menggantikan Anthoni Runtu, yang mutasi jadi Kepala UPT Taman Budaya Kalbar. ''Karya fotografi ritual adat notongk Dayak Angan akan diikutsertakan dalam pameran budaya di Jakarta,'' kata Daud memberitahu.

Surprise! Saya gembira sekaligus bangga. Ritual notongk yang sudah jarang terjadi akhirnya tiba juga di Jakarta, walau hanya karya foto. Saya senang setidaknya telah berhasil mengenalkan orang Angan ke dunia luar, dunia yang masih jadi impian bagi Dayak Angan.

Tampilnya notongk di TMII Jakarta membuat saya bangga sebagai orang Angan. Bagaimana tidak, ketika banyak orang tidak tahu di mana orang Angan berdiam, notongk menguak tabirnya. Saya malah mengistilahkan kekunoan Angan dengan, ''Jangan kau cari Angan dalam peta. Dia tertutup daun pisang.''

Memprihatinkan memang. Sejak republik ini merdeka, orang Angan belum menikmati listrik, jalan aspal yang mulus atau aliran air bersih yang terus menerus. Orang Angan masih tertinggal. Namun orang Angan sedang berjalan menuju surga impian perubahan.

Bravo, Angan....
Bravo, Notongk....
Proficiat....(*)

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code