Vanessa kekasihku. Empat tahun sudah kita bertemu. Banyak cerita yang kau beri. Banyak warna yang kau tumpahkan. Kadang kau buat hati kesal. Marah. Kadang juga membuatku tertawa. Gembira.
Hari ini aku janji bertemu Vanessa. Ingin menumpahkan kerinduan. Bersenda dan bercanda. Berkeluh tentang kegalauan hati. Berkesah soal kegamangan hidup. Bermesraan di antara rumput-rumput yang menari ditiup angin.
Vanessa berlarian bak anak kijang. Menyusuri padang lapang. Menyeruak ilalang yang basah karena hujan semalam. Tanpa tergores. Telanjang kaki. Rambut panjangnya berkibar bagai bendera yang tegak di puncak tertinggi tiang republik.
Di sebuah monumen cinta, ia berhenti. Duduk sambil mengatur nafas. Menanti dengan senyuman. Setangkai bunga ilalang dipetiknya. Memainkannya di antara lentik jemarinya. Ditiupnya. Serbuk-serbuk bunga itu terbang bersama angin membawa pesan cinta.
Gadisku itu sangat cantik dengan gaun putihnya. Bak pengantin menunggu mempelai laki-lakinya. Semerbak parfum dari sari mawar terbang bersama angin.
Sudah dua jam Vanessa bermain dengan ilalang. Ia menunggu kehadiran sang kekasih. Tetap tersenyum dalam penantian. Vanessa sangat sabar. Tak tampak semburat kekecewaan. Tidak ada kegalauan.
“Aku mencintai kekasihku. Aku akan setia menunggunya. Walau hari berakhir. Aku akan menunggunya,” Vanessa membatin.
Aku bertemu Vanessa. Kecantikannya membuatku terpesona. Dunia semakin indah. Ia membuatku ceria. Kegalauan dan kegamangan terobati. Vanessa sungguh mujarab. Ia obat paten yang mengobati segala luka. Vanessa benar-benar ajaib.
Vanessa kekasihku. Tetaplah tersenyum. Tetaplah ceria. Tumpahkan warna-warna kehidupan dalam hidupku. Berlarilah bagai anak kijang di padang lapang. Jangan pernah letih membuatku tertawa. Cintailah aku hingga akhir usia.
Vanessa kekasihku. Aku mencintaimu. (*)
0 komentar:
Post a Comment