Sunday, May 1, 2011

Rumah

Kususuri jalan menuju pulang. Lampu termaram jalan raya berkabut. Rinai hujan berlomba menyentuh bumi. Jalan-jalan menggenang. Roda-roda berdesir menggilas jalan basah dengan air yang memercik. Sekali waktu pengendara bergerak perlahan. Kali lain tancap gas. Traffic light tak peduli. Lampu merah main terobos. Seseorang menggeleng kepala.

Aku ada di antara para pengendara itu. Bergerak perlahan meniti jalan pulang. Menuju rumah yang setia menanti. Entah berapa lama ia menanti. Tetapi rumah tidak pernah bertanya, “Kenapa pulang malam?” Rumah juga tidak abai. Ia selalu rela membuka pintu agar aku bisa masuk. Rumah juga setia menghidupkan lilin kala listrik padam.

Ini awal Mei. Dalam almanak Katolik, bulan khusus untuk mendevosikan doa kepada Bunda Maria. Maka, Mei dikenal sebagai bulan Maria. Bulan bagi keagungan seorang perempuan. Seorang ibu yang melahirkan Mesias, Sang Juru Selamat. Bagiku Mei, bukan hanya hari keagungan seorang Maria. Lebih dari itu. Mei memberikan keseimbangan hidup. Ini bulan menjelang pertengahan tahun. Ini bulan yang menjadi awal aku berkarir sebagai juru warta.

Aku sudah tak ingat lagi, entah berapa warta yang telah kutulis. Aku juga tak mampu mengingat, entah berapa banyak huruf yang berhasil kurangkai menjadi satu kalimat. Aku menikmati kehidupan yang telah kupilih. Aku berkarya bukan untuk diriku, tetapi untuk semua orang yang menerima apa yang kuwartakan.

Dalam jalan pulang malam itu, aku menemukan segaris cerita. Tetapi aku tidak menemukan tautan-tautan yang bisa kujadikan satu kisah baru. Garis-garis itu tidak saling bersambungan. Ia putus-putus bak neseseres yang ditaburi di atas sebuah penganan. Kendati enak dipandang mata, namun garis-garis itu tak memiliki simpul.

Tiba di rumah, kutemui lampu-lampu riang. Ia tersenyum menyambut deru sepeda motor yang mengerjakan lampu seinnya. Rumah membukakan pintu agar aku bisa masuk. Garasi membukakan pintu agar kuda besi yang kutunggang bisa beristirahat. Dapur riang menyambut karena aku harus menghabiskan sisa makanan tadi sore. Ah, rumah yang selalu merindukan tuannya. (*)

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code