Sudut Corner siang kemarin. Wak Blogger tercenung. Hatinya sedang mendua. Kopi yang dipesannya mulai dingin. Keriuhan cafe kopi itu tak mengganggunya. Konsentrasinya, katanya. Seperti seorang magician sedang memeragakan keahlian di hadapan ribuan penonton yang pada akhir permainannya berharap standing applause. Hah!
Wak Blogger tidak sedang bermain sulap. Ia sedang bingung mengatasi perasaannya. Sekali waktu ia pindahkan mouse ke weblognya. Lain waktu, ia memindahkan mouse ke fesbuk. Di weblog, ia mengamati postingan tulisan lamanya. Di fesbuk, Wak Blogger menjawab chating para temannya. Wak Blogger benar-benar sedang mendua.
Wak Blogger makin bingung. Semakin kuat ia melawan perasaannya, semakin tak mampu ia mengatasinya. Tapi bukan Wak Blogger namanya, kalau tak bisa keluar dari masalahnya. Ia tetap larut dalam kebingungannya. Tamu-tamu cafe sudah banyak yang beranjak.
Apa pasal Wak Blogger sampai bingung begitu? Usut punya usut, rupanya Wak Blogger sedang mendua. Nah? Pandai juga hatinya mendua. Gawat. Ia berselingkuh.
Kopi pahitnya makin dingin. Wak Blogger sudah tak selera untuk menyeruputnya. Ia panggil seorang pelayan.
“Minta air putih,” pesannya.
Pelayan bergegas dan membawa sebotol air mineral. Wak Blogger membuka tutupnya dan langsung menumpahkan airnya ke dalam mulut.
“Segar,” katanya.
Habis satu botol, Wak Blogger tak juga menemui gagasan. Tak mau waktunya sia-sia, ia lalu menulis surat.
Maaf, aku tak bisa mencintaimu sepenuh hatiku. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkanmu. Kamu adalah cinta pertamaku. Walau aku mulai berpaling ke lain hati, tapi aku tetap mencintaimu. Sekali lagi aku minta maaf karena telah menduakanmu. Aku tak bermaksud membuat sakit hati. Aku juga tak bermaksud membuatmu terluka. Aku hanya ingin ada cerita lain dalam hidupku. Aku hanya sedang dilanda kebosanan.
Wah, kenapa ini? Wak Blogger berpikir. Kemudian melanjutkan suratnya.
Bersamamu aku bahagia. Bersamamu aku bisa menikmati ruang yang lebih besar. Denganmu kreativitasku semakin terasah. Waktu yang kita jalani tidak sia-sia. Semua lebih berarti. Gagasan-gagasanku cemerlang ketika kamu ada di dekatku. Hidupku lebih berarti.
Nah, lho?
Tapi ada ruang lain yang membuatku berpaling. Ruang semu yang penuh dengan warna. Nuansa yang berbeda dengan yang kamu punya. Ada ruang-ruang untuk bercerita, berteman, hingga bermain. Ada mafia wars, farm ville, dan lainnya.
Wak blogger berhenti sejenak. Ia bimbang. Bingung harus menulis apa.
Aku senang bercinta denganmu. Tapi aku juga senang berteman dengan ruang itu. Kamu sebenarnya sangat mengerti. Selalu tersenyum bila aku datang. Selalu tertawa bisa kita bercerita. Tapi ruang lain itu, begitu menyejukan. Terkadang ruang itu membuat hati kecewa. Banyak cercaan, makian, kadang juga hinaan. Sekali lagi, aku minta maaf. Tapi aku tetap mencintaimu. I love you full.
Wak Blogger mengakhiri suratnya dengan satu senyuman. Senyum yang membawanya memasuki dua dunia yang berbeda tapi memiliki kesamaan. Ia kemudian memutuskan untuk mencintai keduanya: blog dan fesbuk. (*)
0 komentar:
Post a Comment