Inilah rumah persahabatan. Rumah yang penuh kegembiraan. Tidak ada kecemburuan, pertengkaran, dan kedengkian. Sahabat-sahabat yang mendiaminya sangat bersahaja. Seperti orang-orang bijak yang mencintai sahabat-sahabatnya. Tamu-tamu yang datang disuguhi menu-menu persahabatan. Tangganya bertahtakan emas persahabatan. Pintunya diukir dengan kata-kata yang menyejukan.
Di rumah persahabatan, kesahajaan menjadi yang utama. Tak ada gengsi karena memiliki kelebihan atau kekurangan. Ruang-ruang hidup dengan bersahabat. Orang-orangnya bergandeng tangan. Setiap ruang adalah keceriaan. Jendelanya dari bahan yang dipenuhi cinta. Ventilasinya terbuat karena indahnya persahabatan.
Setiap plafon dihiasi dengan warna-warna persahabatan. Lampu-lampu menerangi dengan cahaya yang bersahabat. Banyak orang merindukan untuk masuk ke rumah ini. Tidak sedikit yang antre untuk mendiaminya. Banyak yang bermimpi untuk menempatinya. Di tempat ini juga nestapa menjelma gembira. Mimpi-mimpi kian ditebal karena disinari cahaya persahabatan.
Semua orang diundang masuk ke rumah persahabatan. Tak ada pemeriksaan yang ketat seperti ketika mau masuk istana. Hanya kita perlu meninggalkan semua tradisi-tradisi di luar. Karena di rumah persahabatan kita harus mengisi ruang-ruang hidup dengan kebahagiaan. Sudut-sudut kehidupan harus dipenuhi suara-suara kejernihan.
Persahabatan ada di mana saja. Dia ada di ruang-ruang pengap. Dalam lift yang macet. Dalam kesedihan, dalam kesendirian. Seperti seorang Mandela yang merelakan tubuhnya di penjara untuk membebaskan sahabat-sahabatnya dari diskriminasi warna kulit. Seperti Mother Teresa, yang membebaskan orang-orang terhina di jalan-jalan kumuh India. Dan, banyak lagi sahabat-sahabat yang merelakan tubuhnya didera untuk membebaskan sahabat.
Kita juga diundang untuk menempati rumah persahabatan. Semakin banyak yang masuk, semakin indah. Banyak yang merelakan tubuhnya untuk tidak mendalami persahabatan. Ada ruang kebencian yang tertutup jika kita memasuki rumah persahabatan
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabat. Tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua berhasil mendapatkannya. Banyak orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya. Namun di rumah persahabatan, tidak ada pengkhianatan.
Jika kamu masuk ke rumah persahabatan, kamu harus meninggalkan semua tradisi yang pernah kamu lakukan di luar. Kita harus masuk dengan kesucian diri untuk menemukan sahabat sejati. (*)
0 komentar:
Post a Comment