by: budi miank
Srek...srek...
Lading berlari mengitari pohon
Darah putih mengalir
Mengikuti alur gesekan lading
Satu daun menancap membentuk pancur
Tetes-tetes darah putih berjatuhan
Mulanya deras
Kemudian menyusut
Dan berhenti
Satu tadah menunggu di bawah pancur
Bambu tua terbelah
Termpurung kelapa menganga
Menampung darah putih yang berjatuhan
Setia hingga tetes terakhir
Seorang petani datang
Ia membawa satu ember
Tadah diangkat
Darah putih berpindah tempat
Kulat dikuliti
Petani tempelkan di bibir ember
Kadang digumpalkan
Membentuk satu bantal kecil
Terkadang berbentuk bola
Tiap batang didatangi
Semua isi tadah dipindahkan
Tak bersisa
Petani pun pulang
Kibasan ilalang tak dipedulikan
Walau menggesek celana selutut yang berderai
Ember nongkrong manis di pundak
Menuruni tebing
Menapaki tangga-tangga tanah
Licin ketika hujan turun
Liat ketika hujan baru usai
Di belakang rumah
Petani turunkan ember
Satu bak disiapkan
Diolesi tanah biar tak melekat
Kulat dipisahkan dari latek
Satu seloki cuka getah dituangkan
Petani mengaduk
Setengah beku
Latek dituangkan di dalam bak
Petani menunggu
Latek beku
Dituangkan dalam satu cetakan
Getah beku dibentuk jadi satu lembaran
Cukup tipis
Petani membersihkan diri
Tangan dan kaki
Penuh latek yang membeku
Serabut kelapa untuk menggosoknya
Terkadang dilumasi minyak tanah
Ketika waktunya tiba
Lembaran getah dibawa ke penggilingan
Biar tipis dan lebih rapi
Dijemur hingga kering
Karet pun siap jual.......
0 komentar:
Post a Comment