Tuesday, June 5, 2007

BAHASA DI MEDIA MASSA


Awal Desember lalu, saya menerima surat eletronik (surel) dari seorang guru sekaligus teman. Surel itu membalas surel saya terdahulu yang berniat membentuk Forum Bahasa Media Massa (FBMM) di Pontianak.

Gayung bersambut. Niat itu mendapat respon positif dari FBMM Nasional di Jakarta, yang kebetulan ketuanya guru sekaligus teman saya tadi. Dia menyarankan menggelar diskusi publik mengenai bahasa di media massa. Kami kemudian saling berbalas surel.

Saya coba kumpulkan teman-teman jurnalis di Pontianak, untuk mencoba mewujudkan itu. Saya ajak tiga teman. Jadilah kami berempat, yakni Teguh Imam Wibowo (ANTARA), Aries Munandar (Media Indonesia), Eva Rade Sitio (Radio Sonora), dan saya sendiri dari Pontianak Post.

Saya ditunjuk sebagai ketua. Teguh sebagai sekretarisnya, dan Eva sebagai bendaharanya. Sementara Aries merangkap semuanya. Awalnya saya menolak. “Kamu yang punya ide, juga link dengan FBMM di Jakarta,” kata Aries memberi alasan mendengar saya menolak menjadi ketua. Kami rembuk untuk menyusun rencana. Surel guru tadi 'mendeadline' kami pertengahan bulan ini sudah bisa terlaksana.

Kami sepakat. Di sela-sela kesibukan memburu berita, kami selalu berdiskusi tentang persiapannya. Terlintas pesimisme dari kami karena waktu yang mepet. Tapi, kami tak berhenti berjuang, dan hari ini, diskusi itu terlaksana.

Ini semacam otokritik terhadap praktisi media massa, tentu saja, yang menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa yang tercantum dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, 'Berbahasa Satoe, Bahasa Indonesia'.

Bahasa tidak sekedar cara bertutur. Bahasa juga tidak hanya merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat. Lebih dari itu, bahasa menjadi alat komunikasi bagi seseorang. Karenanya, bahasa harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah ada. Kaidah ketatabahasaan.

Media massa sangat berpengaruh dalam pengayaan, juga pemiskinan bahasa. Sebab, cukup banyak kata-kata baru, justru, diciptakan oleh media massa. Tapi, tak jarang, media massa justru menjadi pelaku penyimpangan bahasa.

Diskusi publik hari ini, bukan untuk menyudutkan media massa. Justru sebaliknya. Diskusi ini untuk memperbaiki bahasa media massa. Supaya tak serampangan. Tak mudah menggunakan kata-kata yang membuat salah tafsir.

Awalnya saya pesimis diskusi hari ini bisa terlaksana. Pesimis karena soal bahasa tidak menarik. Sehingga tidak ada peserta yang mau datang.
Tapi keraguan saya terbantahkan. Tak kurang, 69 orang hadir dalam diskusi publik itu. Bukan cuma kuantitas saja. Kualitas peserta yang hadir juga yahud.

Ada Pemimpin Redaksi Harian Pontianak Post B Salman, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Dr Aswandi, Kepala Cabang RRI Kalbar Geis Berthus Lethe, Redaktur Pelaksana Metro Pontianak Rudi Agus Haryonto, Kepala Balai Pusat Bahasa Pontianak Sukamto, Kolomnis Kalbar A Halim R, Redaktur Pelaksana Harian Equator Mutadi, dan teman-teman wartawan, mahasiswa yang peduli terhadap bahasa.

Pembicara juga tak kalah yahud. Ada TD Asmadi dari Forum Bahasa Media Massa (FBMM), Pakar Linguistik yang juga Dosen STAIN Pontianak DR Yusriadi, Peneliti Bahasa di Pontianak Dedy Ari Aspar, pejabat Pusat Bahasa Depdiknas Sukasdi.

Peserta sangat semangat mengikuti diskusi. Sesi tanya jawab meriah. Ada yang menganggap media massa menjadi lembaga pertama yang melestarikan bahasa. Pun begitu sebaliknya. Ada juga yang bilang kalau pelaku media massa memiliki pengetahuan yang rendah terhadap bahasa.

“Mungkin wartawan tidak ada yang berlatar belakang pendidikan bahasa,” celutuk seorang teman kepada saya. Memang diakui, mayoritas wartawan di Pontianak memiliki pendidikan non bahasa. Secara formal, ijazahnya bukan bahasa, termasuk saya. Hanya ada beberapa orang saja, itu pun sastra.

Bagi saya, diskusi ini semacam pencerahan. Wartawan harus mengubah gaya bahasanya, sehingga menjadi lebih baik. (*)

1 komentar:

Anonymous said...

Oi, achei teu blog pelo google tá bem interessante gostei desse post. Quando der dá uma passada pelo meu blog, é sobre camisetas personalizadas, mostra passo a passo como criar uma camiseta personalizada bem maneira. Até mais.

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code