Tuesday, September 20, 2011

Malaikat Kecil dan Penjaga Istana Cinta

Sampai tengah malam, mataku belum bisa terlelap. Sambil mendengar satu lagu dari Wali Band, kurangkai barisan kata-kata ini. Aku teringat dua malaikat kecilku yang tak bisa kulihat kepulasan. Aku terbayang penjaga pintu istana cintaku yang lelah karena menjaga keriangan dan keceriaan dua malaikatnya. Aku rindu ketiganya. Aku ingin segera bertemu.

Aku juga rindu Sabtu pagi. Hari yang kutunggu agar bisa bersua ketiganya. Pagi yang kunanti agar bisa kulihat ceria, juga keriangan dua malaikat kecilku. Senyum malu-malu Pedagi saat melihatku membuka pagar rumah yang tak begitu tinggi. Langkah terhuyungnya sambil menendang bola dengan kaki kirinya. Cekikikannya yang menggemaskan.

Sabtu pagi juga yang menjadi hari pengobat kerinduanku pada ketiganya. Teriakan Vanessa saat melihat aku duduk disadel sepeda motor kala menunggunya di halaman sekolah. Ocehannya yang tiada henti dalam perjalanan pulang ke rumah.

Menjawab tanya yang tanpa henti dari bibir mungilnya. Cerita tentang sekolahnya. Cerita soal kesenangannya. Tentu tidak pernah melupakan keinginannya untuk melihat keriuhan pasar.

Pada Sabtu pagi itu juga aku bersua penjaga kunci istana cinta. Perempuan yang tak lelah berjuang kebaikan. Perempuan tegar yang selalu direpotkan oleh keceriaan dan keriangan dua malaikat kecilnya. Perempuan yang selalu sabar menghadapi kenyataan hidup. Perempuan yang tetap senyum walau hidup yang dilakoni pahit.

Aku banyak belajar hidup dari perempuan ini. Dan, sampai tengah malam ini, aku masih belajar darinya dalam menjalani hidup. Perempuan yang kukagumi setelah Emak, yang sudah berangkat ke dimensi lain.

Tengah malam ini, aku malu pada diri. Lelaki yang tak bisa mengharubirukan ketiga kekasih zamanku: dua malaikat dan penjaga kunci istana cinta. Tak bisa mendekorasikan kebahagiaan pada wajah-wajah ketiganya. Lelaki yang tidak mampu melukiskan keindahan pada raut-raut yang terlelap dalam tidur malamnya. Lelaki yang tak bisa seperti kunang-kunang saat malam menjelang.

Setakat ini, aku menghatur maaf karena tak bisa menghadirkan bintang di langit-langit rumah cinta. Tetapi aku akan berusaha menjadi bintang sekaligus kunang-kunang yang tak berhenti berkedip. Sama seperti dua malaikat kecil penghias istana cinta yang juga tak menghentikan keceriaannya.

Hingga selesai satu lagi Wali Band yang bertajuk, baik-baik sayang, aku belum juga terlelap. Mungkin aku harus mendengarnya hingga tiga kali, barulah bisa terlelap. (*)

1 komentar:

Asep Haryono said...

mantaf sekali. Puitis bangeds bro

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code