enggang yang malang
di rimbamu yang tak lagi hijau aku teringat
pohon-pohon rebah memeluk bumi bukan karena lamur
tanah-tanah merekah menjadi kawah bukan karena kemarau
para pemuja uang berlomba menggendong gergaji besi
menabur kebencian pada rimba yang perkasa itu
suaramu sudah serak hingga tak sanggup lagi berteriak
bahkan kedip mata, kepak sayapmu pun tak lagi bersuara
dalam senggangmu
paruh yang kau banggakan tak mampu lagi mendongak
rimbamu yang perkasa sudah berlalu dengan lunglai
ingatkah kau pada:
derap langkah pemburu yang takut memasuki belantaramu
sesak napas petani yang terengah-engah mendaki gunungmu
dan, kau yang pernah mengurai air mata
karena takdirmu bermain mata
kepakmu tak lebar
paruhmu pendek
terbangmu merendah
tapi matamu merupa kesedihan
nyanyianmu bernada requiem
tanpa sumpah
rehatlah sejenak Enggangku
nikmatilah rimbamu yang tak perkasa lagi
tak ada yang bisa kau harap
karena manusia terlalu serakah
pohon tempatmu bertengger
dibabat untuk memuja uang
0 komentar:
Post a Comment