Tuesday, July 26, 2011

Bertemu Pak Beje

Suryanto begitu semangat berbicara di depan audiensnya. Dibantu cahaya lampu pijar, ia menjelaskan peta kampung yang disusun bersama tim Kalimantan Forests and Climate Partnership. Suryanto sangat paham materi yang disampaikan malam itu.

Suryanto memegang jabatan Sekretaris Dusun Tumbang Mangkutub, Desa Katunjung, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Malam itu, ditemani kepala dusun, juga sejumlah aparatur desa.

Kami, para juruwarta, juga peneliti kehutanan mengikuti alur penjelasan Suryanto. Lelaki berambut ikal ini sangat detil menjelaskan setiap titik peta dusun yang dibawanya. Suaranya menggelegak kala menyebut beberapa titik pada peta itu. Termasuk lokasi-lokasi yang jadi pilot projectnya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Suryanto juga menceritakan bagaimana masyarakat mengubah prilaku, yang dulunya kerap menjadi penebang kayu, sekarang lebih suka menanam karet. Sebab kayu sudah habis dan seringnya penangkapan oleh aparat berwenang. Hal ini membuat masyarakat jera dan memilih usaha lain, seperti karet.

Selain itu, orang-orang Tumbang Mangkutub mulai membuat beje. Suryanto juga begitu. Ia membangun beje di beberapa lokasi. “Saya punya sepuluh beje. Jika panen bisa capai 120 ton,” katanya.

Beje dibangun berbentuk persegi panjang yang kedua ujungnya buntu. Beje dibangun di areal gambut sebagai cadangan air. Lebarnya hanya satu meter, sedangkan panjangnya bervariatif, semampu yang membuatnya. Beje akan terisi air jika pasang sungai tiba. Setelah surut, beje akan menyimpan air.

Air pasang yang masuk akan membawa bibit-bibit ikan, bahkan ikan-ikan yang sudah besar. Dalam jangka waktu tertentu, ikan-ikan itu bisa dipanen. “Kami tak perlu membeli bibit, juga tak perlu memberinya makan. Tiba waktunya panen, kami akan panen. Hasilnya cukup menjanjikan,” kata Suryanto.

Usai menjelaskan beragam perubahan di kampungnya, Suryanto memberikan ruang kepada audiens untuk bertanya. Para juruwarta pun langsung mengajukan beragam pertanyaan. Semua pertanyaan dijawab lugas oleh Suryanto.

Pertanyaan terbanyak terkait soal beje, tatas, juga penabatan. Tak mengherankan, jika ada peserta yang kemudian menyebut Suryanto sebagai Pak Beje karena rasa keingintahuan soal beje yang begitu besar. Hasilnya sebutan itu mengundang tawa audiens yang mayoritas para pewarta tersebut. Bukan hanya pewarta, Suryanto juga senyum-senyum mendengar sebutan yang belum pernah didengar sebelumnya.

Sebutan Pak Beje, kemudian mengalir bak air Sungai Kapuas di Dusun Tumbang Mangkutub. Nyaris setiap kesempatan, nama Pak Beje selalu disebut. Bahkan, hingga field trip berakhir. Ah, kami benar-benar sudah bertemu Pak Beje. (*)

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code